Innalillahi wa inna ilaihi roji'un
Sampai bertemu di kehidupan selanjutnya, Ma Aji.
Ma Aji telah selamat, telah selesai menjalankan hal-hal di dunia dengan sangat baik, insyaAllah.
Tahun lalu suamimu, Mama Aji, udah duluan. Hari ini Ma Aji.
Bulan lalu kita ngobrol panjang. Aku cerita tentang hidupku, Ma Aji cerita tentang beberapa kekhawatiranmu.
Masih sangat segar di ingatan, Ma Aji bilang "Sebelum Mama Aji meninggal, beberapa kali bilang kekhawatirannya, nanti kalo aku pergi keluarga ini gimana, anak-anak, cucu, keponakan, dan yang lainnya? Alhamdulillah sekarang sudah mulai bisa berjalan lagi apa yang ditinggalkan Mama Aji, Pik. Tapi aku kan juga udah tua, nanti kalo aku udah gak ada, gimana?"
Aku sadar kekhawatiran Mama Aji dan Ma Aji, terlalu banyak anggota keluarga besar yang selalu datang ke Mama Aji dan Ma Aji setiap membutuhkan pertolongan. Kalau di sebuah film, ya keluarga Ma Aji itu seperti keluarga God Father bagi yang lain.
Beberapa tahun lalu Ma Aji pernah becanda, "Yang dibeliin mukenah cuma Ma To (ibu kandung) aja? Aku ibumu juga, aku pengen dibeliin sama kamu".
Bulan lalu juga kita pernah mengobrol lewat telp. Ma Aji tanya "Kapan aku bisa main ke rumahmu? Sekalian ngajak bocah-bocah liburan"
Aku bilang, April Ma Aji, insyaAllah April udah bisa. Bulan depan ma Aji, sebulan lagi Ma Aji bisa dateng ke rumahku, rumah salah satu anakmu, anak yang bukan lahir dari kandungmu. Sebulan lagi Ma Aji, sebulan lagi.
Hanya sebulan lagi, aku sudah membayangkan senyum banggamu pas masuk ke rumahku, seperti dulu senyum banggamu dan tangis bahagiamu ada saat wisuda di UGM.
Iya, aku ingat pesan Ma Aji terakhir saat kita ngobrol lewat telp. Aku akan coba untuk belajar "tega" terhadap urusan keluargaku, untuk belajar lebih memikirkan diriku sendiri. InsyaAllah aku coba jalanin.
Semoga aku sudah cukup bikin Ma Aji bangga.
Semoga kami yang di sini bisa selalu saling jaga.
Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya ya, Ma Aji.
Al-Fatihah.
REKAM RASA
Sunday 6 March 2016
Tuesday 26 August 2014
Jangan Hanya Ku Yang Tahu
Jangan hanya ku yang tahu
Ada rasa yang ingin satu
Jangan hanya ku yang tahu
Ada rasa yang membiru
Semoga kamu juga tahu
Tentang rasa itu
Semoga kamu juga tahu
Tempat yang ingin dituju
Lihat diriku semakin kencang menuju
Lihat dirimu menoleh kanan kiri karena tak tahu
Lihat diriku mempersiapkan segala tujuan hidup yang mungkin kita tempuh
Lihat diriku... Lihat dirimu...
Mari susun rencana
Mari tentukan yang utama
Mari mulai melangkah
Mari melangkah ke tempat kita
Tentang semua itu
Jangan hanya ku yang tahu
Ada rasa yang ingin satu
Jangan hanya ku yang tahu
Ada rasa yang membiru
Semoga kamu juga tahu
Tentang rasa itu
Semoga kamu juga tahu
Tempat yang ingin dituju
Lihat diriku semakin kencang menuju
Lihat dirimu menoleh kanan kiri karena tak tahu
Lihat diriku mempersiapkan segala tujuan hidup yang mungkin kita tempuh
Lihat diriku... Lihat dirimu...
Mari susun rencana
Mari tentukan yang utama
Mari mulai melangkah
Mari melangkah ke tempat kita
Tentang semua itu
Jangan hanya ku yang tahu
Wednesday 20 August 2014
Cerita Kita
Kata orang, kita hidup melakoni sebuah alur cerita
Aku, kamu, dia, dan mereka
ini yang selalu mendominasi semua doa
"Semoga kembar rasa yang kita punya
Semoga Tuhan menuliskan kita di lembar cerita yang sama"
Jika tidak, Aku ucapkan terima kasih karena telah sempat singgah
Terimakasih telah mengisi cerita dengan tawa
Memang terselip tangis dan marah
Bukankah itu yang membuat cerita kita berdinamika
Jika do'aku dijawab olehNYA dengan IYA.
Cerita kita bukan untuk dunia
Dunia tak sehebat kita
Dunia tak secemerlang kita
Dunia tak mampu merekam cerita kita
Aku, kamu, dia, dan mereka
ini yang selalu mendominasi semua doa
"Semoga kembar rasa yang kita punya
Semoga Tuhan menuliskan kita di lembar cerita yang sama"
Jika tidak, Aku ucapkan terima kasih karena telah sempat singgah
Terimakasih telah mengisi cerita dengan tawa
Memang terselip tangis dan marah
Bukankah itu yang membuat cerita kita berdinamika
Jika do'aku dijawab olehNYA dengan IYA.
Cerita kita bukan untuk dunia
Dunia tak sehebat kita
Dunia tak secemerlang kita
Dunia tak mampu merekam cerita kita
Subscribe to:
Posts (Atom)